
Table of Contents
Gas Air Mata Di Lepaskan Guna Mengurai Massa, Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 130 orang (masih terus dikonfirmasi) memancing emosi masyarakat.
Duka, geram, sesal bercampur aduk menjadi satu. Melalui media sosial, mereka pun ramai-ramai “menggeruduk” FIFA dan PSSI. Sebelumnya di beritakan, suporter turun ke lapangan setelah laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, berakhir. Tindakan suporter Arema itu tak lepas dari kekalahan Singo Edan 2-3 dari Persebaya Surabaya.
Pihak keamanan kemudian mencoba mengamankan para pemain terlebih dahulu sebelum mengurai massa. Kemudian, tembakan gas air mata dilepaskan guna mengurai massa yang turun ke lapangan. Suporter mengalami sesak napas dan tak sedikit dari mereka jatuh pingsan.
Untuk diketahui, dalam aturan FIFA terkait pengamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Saferty dan Security Regulations), penggunaan gas air mata nyatanya tidak diperbolehkan.
Bermacam reaksi netizen pun masih ramai mewarnai lini masa. Di media sosial Twitter, FIFA, PSSI, Kanjuruhan, #ripsepakbolaindonesia dan POLISI mendominasi lima besar trending topic Twitter Indonesia
Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta mengungkap penyebab para korban meninggal dunia. Menurutnya, tragedi Kanjuruhan itu terjadi karena penumpukan massa.
“Terjadi penumpukan di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas kekurangan oksigen,” kata Nico saat memberikan keterangan di Mapolres Malang
Suporter Arema Akui Trauma saat Nonton Bola di Stadion Buntut Tragedi Kanjuruhan
Suporter Arema FC mengaku trauma menonton bola lagi di stadion buntut tragedi Kanjuruhan.
Hal itu dirasakan oleh Joko, suporter yang jauh dari Ponorogo demi menyaksikan laga Arema FC vs Persebaya.
Joko mengaku trauma akibat tembakan gas air mata
“Trauma, takut. Soalnya di stadion panik juga, waktu ditembakkan gas air mata,” ungkap Joko kepada wartawan di Ponorogo
Joko selama ini mengaku sering menonton laga Arema FC di Stadion Kanjuruhan. Baginya jarak bukan masalah untuk mendukung tim kesayangan berlaga.
Namun, buntut insiden semalam, membuat joko berpikir ulang untuk nribun lagi di Kanjuruhan.
“Yang pasti mikir-mikir kalau mau nonton lagi,” imbuh Joko.
Saat kericuhan pecah, Joko sebetulnya sudah keluar dari stadion. Saat berada di luar stadion, Joko mendapat kabar bahwa temannya tertinggal di dalam. Apalagi temannya tersebut tak sadarkan diri.
“Saya balik lagi ke dalam stadion karena ada teman yang pingsan,” cerita Joko.
Setibanya di dalam, Joko melihat kondisi stadion sudah kacau. Pandangannya terbatas karena kepulan gas air mata.
Joko saat itu masuk lagi menuju12-13. Dia melihat banyak mayat bergelimpangan.
“Saya lihat mayat di sekitar tangga, suasana di dalam (stadion) kalut,” tambah Joko.
Joko akhirnya berhasil menemukan temannya yang pingsan. Bersama-sama yang lain, Joko mengevakuasi temannya keluar stadion.
Dia mengakui, gas air mata tersebut begitu pedih. Saking banyaknya asap yang terhirup, Joko juga sempat sesak napas.
Asapnya banyak, kayak kabut Di mata perih, sesak napas, kena gas air mata juga
Seperti diberitakan sebelumnya, laga Arema FC vs Persebaya digelar pada Sabtu malam yang berujung tragedi. Suporter masuk ke dalam lapangan usai pertandingan. Aparat keamanan kemudian membubarkan kerumunan suporter, salah satunya dengan menembakkan gas air mata. Lantaran menghindari gas air mata, suporter berebut hingga akhirnya berdesak-desakan keluar stadion
Data terakhir yang disampaikan Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak menyebutkan, total korban tewas tragedi Kanjuruhan mencapai 174 jiwa. memberikan perkembangan terkini tentang tragedi Kanjuruhan Malang. Menurut dia, saat ini korban tewas telah mencapai 174 jiwa. ada 8 rumah sakit rujukan untuk para korban. Yakni RSUD Kanjuruhan, RS Wava Husada, Klinik Teja Husada, RSUD Saiful Anwar, RSI Gondanglegi, RSU Wajak Husada, RSB Hasta husada, dan RSUD Mitra Delima.
“Data BPPD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jatim pada jam 09.30 tadi masih 158, tapi pas jam 10.30 tadi jadi 174,” kata Emil.
Situasi Mencekam di Kanjuruhan dan 2 Polisi Juga Ikut Tewas
Sebanyak 174 orang tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Arema FC Vs Persebaya. Dua anggota Polri turut menjadi korban jiwa.
Polisi menyampaikan ricuh suporter ini diawali dari sejumlah suporter yang tak menerima kekalahan Arema. Laga Arema Vs Persebaya sendiri berakhir dengan skor 2-3.
Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta mengatakan laga Arema Vs Persebaya dijadwalkan selesai pukul 22.00 WIB. Ada 40 ribu Aremania yang hadir di Stadion Kanjuruhan.
“Yang nonton itu dari Persebaya tidak ada. Semuanya Arema,” kata Nico kepada wartawan, Nico mengatakan setelah pertandingan selesai, pendukung Arema merasa tidak puas.
Ada segelintir suporter yang turun ke lapangan untuk mengejar ofisial tim serta pemain.
“Nah mereka marah sama pemain dan official Arema karena selama 23 tahun main di kandang sendiri nggak pernah kalah mereka ini. Semalam kalah dan penontonnya itu 1-2 ribuan orang yang turun ke bawah yang lakukan pengejaran ke official,” tuturnya.
Nico mengatakan pada awalnya Polisi memberikan imbauan untuk tidak masuk ke lapangan. Baru kemudian dilakukan tembakan gas air mata karena dianggap sudah anarkis.
“Baru gas air mata mereka lari ke satu pintu keluar yang bersamaan akhirnya berdesak-desakan, ada yang meninggal dan sesak napas waktu
Penyebab Polisi Tewas di dalam stadio
Nico mengatakan ada 2 polisi yang turut menjadi korban tewas. Satu anggota Polri tewas karena terhimpit.
“Yang satu terhimpit, yang satu masih pendalaman,” ujarnya.
Nico menjelaskan tidak ada luka terbuka yang dialami polisi korban tewas tragedi Kanjuruhan. Dia mengatakan akibat tragedi itu tidak ada laga kandang di Malang untuk Arema FC.
Kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan Malang saat laga Arema FC versus Persebaya pecah berujung tewasnya 127 orang. Ada tembakan gas air mata dalam kerusuhan itu. Polisi mengungkapkan alasan penggunaan gas air mata di Kanjuruhan.
Sosok 2 Polisi yang Tewas di Tragedi Kanjuruhan
Dua polisi tersebut bernama Briptu Fajar Yoyok Pujiono yang merupakan anggota Polsek Dongko, Trenggalek, dan Brigadir Andik Purwanto anggota Polsek Sumbergempol, Tulungagung. Kapolres Tulungagung AKBP Eko Hartanto mengatakan jenazah masih dalam proses penjemputan di Malang.
“Ini masih persiapan (Penjemputan jenazah),” kata Kapolres Tulungagung AKBP Eko Hartanto seperti dilansir detikJatim.
Hal senada diungkapkan Kasi Humas Polres Trenggalek Iptu Suswanto. Dia mengatakan anggota polisi dari Trenggalek yang meninggal dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan adalah Briptu Fajar Yoyok Pujiono. Sehari-hari Briptu Yoyok bertugas di Polsek Dongko.